Muhammad Zarir Andafa Mengeluh Pada Langit Yang Diam

By Admin - Juni 21, 2025


Naskah ini telah lolos kurasi dan diterbitkan ke dalam buku yang berjudul "Noctellar

Noctellar: Puisi untuk Semua Malam di Tahun Ini

adalah kumpulan puisi pilihan dari para peserta Lomba Menulis Puisi Nasional yang diselenggarakan oleh Bintang Nasional dan diterbitkan oleh Yumei Media Utama.


Muhammad Zarir Andafa
Mengeluh Pada Langit Yang Diam


Aku hanya kerikil di antara berlian
Tersisih di jalanan yang diinjak-injak sepatu mahal
Tuhan, mengapa aku bukan permata  
Yang sejak lahir sudah ditempatkan di mahkota?  

Mereka yang terlahir di ranjang emas  
Tak perlu merancang nasib dengan jemari lelah
Hidup mereka sudah seperti sungai yang mengalir tenang  
Kelaut kemewahan, tanpa harus membelah bukit

Aku? Aku hanya tanah liat yang retak
Dipermainkan hujan dan panas
Dianggap sampah sebelum sempat menjadi guci
Terkadang aku marah pada-Mu:  
kenapa nasibku harus seperti kertas bekas,  
bukan kertas undangan yang disimpan rapi?  

Tapi suatu sore ketika kulihat anak jalanan tertawa memungut remah-remah roti,  
aku tersadar:  
mungkin aku memang bukan permata,
tapi aku adalah batu asah  
yang membuat pisau-pisau tumpul belajar tajam

Bukan di puncak menara, tapi di lorong-lorong gelap  
Tempat cahaya kecil paling dibutuhkan
Aku bukan lukisan di museum
Tapi coretan kapur di trotoar,
yang mengajari kaki-kaki berlari tentang arti sederhana"





  • Share:

You Might Also Like

0 comments