Seperti Apa Dunia? Karya Jesslyn Irman
By Admin - Juni 21, 2025
Naskah ini telah lolos kurasi dan diterbitkan ke dalam buku yang berjudul "Noctellar"
Noctellar: Puisi untuk Semua Malam di Tahun Ini
adalah kumpulan puisi pilihan dari para peserta Lomba Menulis Puisi Nasional yang diselenggarakan oleh Bintang Nasional dan diterbitkan oleh Yumei Media Utama.
Seperti Apa Dunia?
Karya Jesslyn Irman
Kala itu aku membawakanmu secangkir kopi
Lalu kamu bertanya padaku,
“Ceritakan padaku tentang kopi ini”
Aku menjawab, “Warnanya coklat tua dengan krim putih diatasnya”
“Seperti kombinasi jaket dan baju Anda”
Kamu tersenyum dan menyeruput kopi pesananmu
Kala itu aku datang kepadamu dengan segenggam mawar
Lalu kamu bertanya padaku,
“Halley, seperti apa warna bunga mawar?”
Aku menjawab, “Merah seperti rona bibirmu dan harum seperti aroma parfummu”
Kamu tersenyum dan menerima bunga mawar dariku
Kala itu aku bersujud di hadapanmu dan menyisipkan cincin kawin di rongga jarimu
Lalu kamu bertanya padaku,
“Kekasihku, seperti apa warna permata akuamarin?”
Aku menjawab, “Biru muda seperti lautan awan di bola matamu”
Kamu tersenyum dan memelukku, menerima lamaranku
Kala itu aku menggenggam tanganmu dan mengucap janji setia
Lalu kamu bertanya padaku,
""Sayang, seperti apa warna gaunku hari ini?”
Aku menjawab, “Putih elegan dan mengkilap transparan seperti kulitmu”
Kamu tersenyum dan menciumku diiringi sorak-sorai meriah
Kala itu aku bermain pasir bersama anak kita seraya menikmati senja di pantai
Lalu kamu bertanya padaku,
“Suamiku, seperti apa warna langit senja?”
Aku menjawab, “Oranye bercampur kuning keemasan seperti helai rambutmu dan anak kita”
Kamu tersenyum dan menggendong anak kita di pelukanmu
Kala itu aku sedang merawatmu yang terbaring lemas di ranjang
Lalu kamu bertanya padaku,
“Cintaku, seperti apa kamu melihat dunia?”
Aku menjawab, “Penuh aneka warna kehidupan, namun favoritku tetaplah merah muda”
Kamu bertanya lagi, “Mengapa?”
Aku menjawab dengan yakin, “Karena itu warna cinta”
Kamu tersenyum dan mengelus pipiku dengan lembut
Kala itu aku mengelus makammu yang berwarna abu-abu kehitaman
Kala itu aku menggenggam mawar hitam
Kala itu aku bersujud menggenggam cincin kawinmu yang menghitam termakan waktu
Kala itu aku memakai setelan hitam khas pernikahan kita
Kala itu anak kita datang bermain dengan gagak hitam
Kala itu aku merawat tulisan hitam namamu di batu nisan
Lalu aku bertanya kepadamu,
“Belahan jiwaku, seperti apa warna kematian?”
Pejamkan matamu dan kamu akan mengetahuinya
Hitam pekat
Karena seumur hidup kamu tak pernah melihat warna dunia
Tapi kini aku juga buta akan dunia karena duniaku telah tiada
Luntur sudah pancarona menjadi hitam putih
Kepada siapa lagi aku akan menggambarkan dunia kalau bukan kepadamu?
Kelebihanku melengkapimu tapi kekuranganmu lah yang memberiku hidup
Kamu tak bisa melihatku, tapi kamu tak kan pernah lepas dari pandanganku
Parasmu kan abadi dalam puisi ini
Kepadamu yang tak pernah melihat dunia, istriku, Theia
"
0 comments
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.