Intan Dwi Yuliyanti Bait Cinta Untuk Keluarga

By Admin - Juni 21, 2025


Naskah ini telah lolos kurasi dan diterbitkan ke dalam buku yang berjudul "Noctellar

Noctellar: Puisi untuk Semua Malam di Tahun Ini

adalah kumpulan puisi pilihan dari para peserta Lomba Menulis Puisi Nasional yang diselenggarakan oleh Bintang Nasional dan diterbitkan oleh Yumei Media Utama.

Intan Dwi Yuliyanti 
Bait Cinta Untuk Keluarga 

Di ruang terbatas beralas tanah
Terbit tawa dari jiwa yang ramah
Ayah dan ibu layaknya  mentari
Menyinari pagi yang berseri

Ayah mengayuh langkah yang berat
Mencari rezeki tanpa syarat
Di matanya ada langit yang luas
Pada pundaknya dunia dibalas

Ibu menanak rindu dan harapan
Dengan sabar tak pernah padam
Tangannya mengukir keajaiban
Dari dapur hingga ke pelukan

Cinta terlihat sedalam lautan 
Kasih sayang terbayang seluas semesta 
Netra tak jemu memandang 
Dekapan penuh cinta dan kasih

Kasih sayang sekokoh tembok 
Beralaskan sejuta makna 
Mewarnai ribuan n langkah 
Meneduhkan segala resah

Lara maupun tawa jadi penghiasnya 
Ruang cerita akan menjadi saksinya 
Pujian kan menjadi obat di setiap lara 
Tak kan terlintas setitik rasa benci

Dinding menjaga cinta kasih itu 
Dekapan membuat tameng di setiap lara
Layaknya labirin kehidupan 
Bagai Kompas,menuntun melalui badai kehidupan

Membangun fondasi tuk masa depan cerah 
Tempat berlabuh setiap masa 
Menemukan kedamaian dan kekuatan 
Mampu menghalau rintangan setiap waktunya

Tuhan
Dalam diam aku bersimpuh
Bersyukur atas bahu yang memeluk lelah
Keluarga, tempat segala runtuh
Dipeluk tanpa syarat, tanpa resah

Aku bukan anak yang sempurna
Namun mereka tak pernah meminta lebih
Hanya remah rengginang saat dunia tak ramah
Dan doa dalam setiap helaan nafas yang bersih

Tuhan 
Mereka adalah puisi dalam hidupku
Tak tertulis, namun terasa nyata
Dalam tawa, dalam tangis yang bisu
Selalu ada cinta yang menjaga

Berikan umur panjang pada ayah dan ibu
Agar ku bisa membalas meski tak sepadan
Dengan setiap langkah, cinta mereka
Yang mengalir tenang tanpa pamrih, tanpa beban

Jika waktu memisahkan kami nanti
Jangan jadikan rindu ini duka
Simpan mereka dalam langit suci
Tempat cinta tak pernah sirna

Di bawah langit senja yang merunduk
Terdengar tawa di balik jendela kayu
Di sana cinta tak pernah redup
Keluarga, pelita yang selalu menyatu

Ayah, pelaut dalam badai sunyi
Menakhodai hidup tanpa keluh
Langkahnya berat, tapi pasti
Demi nafkah yang tak pernah lusuh

Ibu, insan penuh wangi embun
Mengayun pagi dengan doa lembut
Tangannya luka karena waktu
Namun kasihnya tak pernah surut

Buah hati berlari di tanah harapan
Menapak mimpi di peluk sayang
Mereka benih masa depan
Tumbuh di ladang cinta yang lapang

Di meja makan, remah-remah doa
Tumpah bersama nasi dan tawa
Setiap suap disiram restu
Dari hati yang tak pernah jemu

Kusebut dalam bisikan malam
Agar mereka selalu dalam lindungan
Keluarga ini, bait dalam salam 
Yang kulangitkan penuh harapan

Ketika langit gulita membisu
Ada peluk ibu menenangkanku
Tak perlu kata, tak perlu tanya
Cukup kehangatannya yang menyatu

Ayah di teras dengan senyap
Menatap jauh, mengukur beban
Namun tak pernah ia mengeluh lelap
Hanya senyum kecil jadi sandaran

Di ruang tamu penuh foto usang
Kenangan berdiri dalam diam
Tiap bingkai adalah bintang terang
Yang menerangi gelapnya kelam

Tak selalu hangat, kadang berselisih
Namun dekap tak pernah pergi
Karena darah tak bisa bersih
Dari cinta yang tak berhenti

Ayah, ibu, 
Kalian merdu dalam nyanyian
Yang kudengar dalam tidurku
Tuhan tahu, dalam segala pengorbanan
Ada surga yang menyala di situ

Bersama kalian, waktu menjadi kilat
Setiap detik seakan ingin kupeluk
Karena kutahu kelak saat berangkat
Rindu akan jadi peluk yang terlucut

Ayah, Ibu,
Dalam hening doa yang sering tak terdengar
Namamu kusebut lirih, penuh getar
Kau adalah akar dari langkahku
Tempatku tumbuh, jatuh, dan kembali bersatu

Ayah,
Langkahmu berat namun tak goyah
Menghidupi rumah dengan peluh dan payah
Tapi di balik kerut wajah yang letih
Ada cinta yang tak pernah berselisih

Ibu,
Senyummu lembut serupa pagi
Menjemput hari dengan kasih abadi
Tak sekali pun kuingat kau mengeluh
Meski bebanmu sering kali tak tertampung penuh

Aku ini hanya bayang langkahmu
Meniti jejak yang kau buat dari waktu
Takkan mampu aku balas seluruhnya
Namun izinkan cintaku merawat usia

Kita tak kaya harta,
Tapi meja makan penuh cerita
Tertawa di antara piring sederhana
Itulah surga—tanpa dinding, tanpa jera

Ayah
Meski tanganmu kasar oleh kerja
Ia selalu lembut saat memegang doa
Menadahkan harap untuk anak-anakmu
Agar hidup mereka lebih indah dari hidupmu

Ibu,
Tidurmu sering tergadai
Demi kami yang menangis, lapar, dan resah
Kau jawab semua tanpa tanya
Dengan peluk yang selalu ramah

Kalian bukan hanya rumah
Kalian adalah dunia yang utuh
Di mana aku belajar mencinta
Tanpa syarat, tanpa ragu, tanpa jenuh

Dan bila nanti langkah kita terpisah
Tuhan,
Jangan biarkan jarak meredam kasih
Sebab cinta ini ingin kekal
Dalam dunia dan juga di akhir yang abadi

Jagalah mereka dalam teduh kasih-Mu
Bila aku jauh, jangan biarkan mereka sendiri
Jadikan rinduku pengganti tubuh
Agar mereka tetap merasa aku di sisi

Keluarga adalah pagi yang tak pernah lelah
Menyeduh harapan dalam secangkir kata
Tiap detiknya merangkai resah
Menjadi bunga yang mekar di dada

Ayah adalah tiang langit yang teguh
Menopang beban tanpa suara
Langkahnya seperti doa yang luruh
Menyusuri hidup dalam sederhana

Ibu adalah laut tanpa tepi
Menampung segala tangis dan tawa
Tangannya menjahit hari demi hari
Dengan benang sabar yang tak pernah putus jua

Mereka laksana riuh burung pagi
Yang menghidupkan sunyi ruang tamu
Dalam tawa mereka kutemui
Arti pulang yang selalu baru

Di meja makan berserakan cerita
Garam air mata dan gula bahagia
Semua bercampur tanpa nista
Hanya cinta yang jadi bahasa

Keluarga,
Adalah puisi yang kutulis sepanjang hidup
Dengan pena waktu dan tinta jiwa
Dan hanya pada mereka aku bersujud
Karena dari merekalah aku bermula

Dari merekalah aku bermula
Seperti sungai dari mata air yang suci
Mereka alirkan nilai dalam tiap kata
Menjadi arah saat hidup mencari

Ayah,
Dengan diamnya mengajarkan kuat
Tak selalu berkata, namun selalu hadir
Matanya adalah nasihat yang lekat
Menuntunku untuk tidak sekadar berpikir

Ibu, 
Dengan peluknya yang abadi
Menyembuhkan luka yang tak terlihat
Meski dunia tak selalu berseri
Dalam dekapnya, damai melekat

Tawa mereka bersenandung
Membuat hari tak terasa berat
Meski waktu tak selalu lurus mendukung
Kami saling memeluk dalam hangat

Terima kasih untuk setiap pelukan yang tak terucap
Di balik senyum lelah yang tak pernah meminta
Kalian adalah pelita di malam gelap
Menuntun langkahku, meski dunia terasa jauh

Ayah tak bicara banyak soal rindu
Tapi,lihatlah tangan tuanya yang mulai gemetar
Ia menanggung sunyi waktu demi waktu
Dengan harap kau kembali meski sekadar semu

Keluarga bukan tentang darah semata
Tapi tentang siapa yang tinggal saat semua sirna
Peliharalah mereka selagi ada
Sebab waktu tak selalu memberi jeda

Jangan diam saat mereka bertanya kabar
Sebab suatu hari hanya kenangan yang menjawab
Sampaikan cinta meski dengan isyarat samar
Agar penyesalan tak datang terlambat

Rumah tak selalu berbentuk dinding dan atap
Kadang ia hidup dalam peluk yang tulus
Keluarga adalah tempat kau tetap diterima
Bahkan saat dunia menolakmu sehabis-habisnya"





  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.