Naskah ini telah lolos kurasi dan diterbitkan ke dalam buku yang berjudul "Noctellar"
Noctellar: Puisi untuk Semua Malam di Tahun Ini
adalah kumpulan puisi pilihan dari para peserta Lomba Menulis Puisi Nasional yang diselenggarakan oleh Bintang Nasional dan diterbitkan oleh Yumei Media Utama.
SUDARMAN
BEGITULAH KIRANYA, HARAP MAKLUM
Kicauan surya bisu menyadarkan candra yang cemburu pada bintang, di antara jemari cakrawala.
Tak punya teman apalagi pacar, hanya tergopoh-gopoh mengharap jadi kekasih gelapnya Bentala.
Sayang, Bentala yang ditaksirnya hanya sibuk bedakin diri--
menutup beruntusan--
menina-bobokkan janinnya yang malah asyik mencari musuh sepadan,
menyekik insang-insang yang nampak tak seiras.
(Mereka) menghisap--
mengoyak--
mengeruk--
organ-organ masa depan--
terpaksa, demi kebutuhan pokok (haramnya).
Sayang...
Seonggok jam pusing, mulai kelelahan kaki-kakinya, lalu--
ngos-ngosan sukmanya, karna dipaksa mengibas dua kali dua puluh lima.
Teriakan ludahnya begitu berharga
bagi pemilik sirkus kencana, tapi--pengacau tali kemesraan, kejangan kasur-kasur karat, selingkuhan lalat bercakar naga tuli.
"Heh, itu memang tugasnya!
Bukan-bukan, tapi kewajibannya, kok!" Sulut mereka yang muncungnya keguguran asam sulfat.
Kupu-kupu batuk itu terus mengulik,
"ada apa?"
Sayang, jam malang itu enggan konson, apalagi merespon, entah mengapa.
Mungkin, congornya kini terikat air raksa, atau--
akalnya sudah trauma--
janji-janji manis, di balik dinding yang tampan dan berani--ahli pengebul asap romantis,
bisikan tokek-tokek kismis...
Yah, begitulah kiranya, harap maklumlah Mars.
Entar lagi juga--
Kau!


0 Comments
Posting Komentar