Naskah ini telah lolos kurasi dan diterbitkan ke dalam buku yang berjudul "Noctellar"
Noctellar: Puisi untuk Semua Malam di Tahun Ini
adalah kumpulan puisi pilihan dari para peserta Lomba Menulis Puisi Nasional yang diselenggarakan oleh Bintang Nasional dan diterbitkan oleh Yumei Media Utama.
Ihya Ulumuddin
Bencana Sebagai Jaksa Alam
Aku pernah memeluk hutan dengan doa
Menjaga embun di kelopak sukma
Namun kini, daun-daunnya jatuh sia-sia
Digantikan buldoser dan bara dosa
Dulu, laut menyanyikan cinta yang suci
Kini ia memuntahkan perih dan sunyi
Buih putih berubah menjadi kelabu
Dan karang gugur seperti tubuh rapuh
Kubuka mata di tengah pagi yang gerah
Asap menggulung bagai dendam tanpa arah
Langit pagi tak lagi terasa teduh
Ia murka, menatap manusia yang angkuh
Mereka bilang ini demi pembangunan
Tapi kupijak tanah yang kehilangan kehidupan
Air mengalir tak lagi bersih dan jernih
Membawa sampah sebagai luka yang perih
Sungai terus menjerit tanpa suara
Menanggung limbah yang kita buang dengan bangga
Lalat bersorak, ikan pun membusuk
Tapi kita bersulang dalam pesta yang mabuk
Katanya hukum harus ditegakkan
Tapi hutan terus dijual tanpa perlawanan
Hangus dibakar dengan dalih aturan
Lalu hilang di balik meja perjamuan
Kita—rakyat kecil yang merasa tak bersalah
Padahal tangan kita turut mengukir celaka
Membuang beribu plastik ke tubuh air
Lalu mencaci ketika banjir datang mengalir
Kita tak lagi bersujud patuh pada alam
Hanya membongkar dan menuntut dalam diam
Seolah bumi mati dan tak punya rasa
Padahal ia menghafal setiap luka derita
Kini badai tak lagi mengetuk pintu
Ia langsung menerjang seperti jaksa yang pilu
Menuntut dosa yang terus kita pelihara
Dalam berita yang kita sebut sebagai bencana
Kita menangis saat tanah menelan rumah
Padahal kitalah yang menusuk jantungnya dengan serakah
Batu longsor, air naik ke leher dan kepala
Dan kita bertanya, “Mengapa tak ada yang membela?”
Tapi aku percaya pada mimpi yang tersisa
Pada akar kecil yang masih bernyawa
Pada tangan yang tak henti menanam
Dan pada hati yang tak diam dengan alam
Mari selamatkan sebelum ia musnah
Rawat bumi dengan cinta yang ramah
Agar alam tak lagi jadi roda neraka
Tapi kembali sebagai ibu yang menjaga"


0 Comments
Posting Komentar