Budianto Sutrisno Kupetik Kilau Bintang dari Lorong Kelam
By Admin - Juni 21, 2025
Naskah ini telah lolos kurasi dan diterbitkan ke dalam buku yang berjudul "Noctellar"
Noctellar: Puisi untuk Semua Malam di Tahun Ini
adalah kumpulan puisi pilihan dari para peserta Lomba Menulis Puisi Nasional yang diselenggarakan oleh Bintang Nasional dan diterbitkan oleh Yumei Media Utama.
Budianto Sutrisno
Kupetik Kilau Bintang dari Lorong Kelam
Sayap malam berkelepak menyepuh kelam
lorong daif papa makin serupa genangan dawat gelap pekat
di sana, kupandang pijar baswara di angkasa dengan mata nanar
dinding hati menggalas cemas, relung-relung jantung mendegupkan tanya
apakah binarnya tengah menguar cemooh atau mengagih harapan?
entahlah, aku tak tahu jawabnya
yang jelas, tekadku suah mengukuh baja
hati berlulur hablur rindu untuk memetik kilau bintang suatu hari nanti
kuingin selipkan cahaya bahagia di renjana mata ibunda tercinta
yang tangan keriputnya menyimpan berlaksa cerita derita
tentang cucian dan seterika
demi mendulang sesuap nasi untuk buah hatinya
Aku tak peduli pada suara-suara sumbang yang menghina
serta cibir bibir yang celotehkan nyinyir berbumbu sindir
”huh, gagak berlagak hendak jadi merak!”
segala cerca kujadikan bara
bara yang mengungguni setiap langkah perjuangan
segenap cela kujadikan tangga
tangga untuk mendaki ancala laga juang
kutekuni rampai ilmu, kumamah pahitnya lelah
kujadikan perpustakaan petarangan nyaman untuk menjaring ilmu
beasiswa pun kukejar tanpa lejar
kuarungi samudra makrifat, kusulam derai badai dengan kidung zikir
hingga aku tiba di jazirah ingin dan angan nan melebur jadi nyata
demi menggentas rantai rudin miskin yang menggari rekah hari depan
Benarlah kata orang bijak, ”upaya tak akan mengkhianati hasil”
kini kilau kejora telah kuraih di mercu meru kejayaan yang kudamba
gelar kugenggam, karier menanjak, dan rezeki meruah
tapi aku tetap ugahari, tak mau takabur dan lupa diri
lantaran semua ini terjadi berkat anugerah Tuhan yang cawiskan piwulang
hikmah perjuangan lewat kelintar berasak onak dan bergerigi duri
mata hatiku pun celik, kesuksesan bukanlah perihal gelar, pangkat, dan limpah harta
melainkan tentang tulus memberi dan ikhlas berbagi
tentang memupus duka derita ibu dengan dekap lekap sukacita
Saat gulita malam berjingkat menghantar lelap
aku khusyuk sujud bertelut di hadirat Sang Maha
kulangitkan wangi doa dan sulur-sulur ucapan syukur ke haribaan-Nya
segala asa menjelma perahu yang berlayar di gerumbul awan
menuju dermaga yang menghadap cahaya wajah-Nya
karena Dialah yang meretas jalan di tengah belukar kemustahilan
tangan kasih-Nya suah mengukir takik senyum di wajah ibunda
mengubah butir-butir sungkawa yang mengalir di sudut mata
menjadi deras arus mata air bahagia
Jakarta, 25 Juni 2025
0 comments
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.