Naskah ini telah lolos kurasi dan diterbitkan ke dalam buku yang berjudul "Noctellar"
Noctellar: Puisi untuk Semua Malam di Tahun Ini
adalah kumpulan puisi pilihan dari para peserta Lomba Menulis Puisi Nasional yang diselenggarakan oleh Bintang Nasional dan diterbitkan oleh Yumei Media Utama.
Anjungan Al Irsyad
"AKU ADALAH PUISI YANG KAU TINGGALKAN"
Aku adalah puisi yang kau tulis dengan penuh gairah,
Di pagi yang lembut,
Ketika matahari masih malu-malu menyingkap tirai langit.
Kau goreskan namaku di atas kertas takdir dengan tinta yang kau curi dari dada,
Dengan jemari yang gemetar menahan makna.
Namun,
Sebelum bait ketiga selesai terbentuk,
Kau berhenti bukan karena tak tahu kelanjutan cerita,
Tetapi karena hati kecilmu telah memilih untuk menghapus perlahan-lahan dari narasi hidupmu.
Aku,
Puisi yang belum rampung,
Tinggal menanti hujan menyapu sisa hurufku,
Agar lenyap dari lembaran yang pernah kau sebut “harapan.”
Tinggallah aku dalam sunyi dalam hening yang tak pernah selesai,
Seperti malam yang menolak pagi,
Seperti tanya yang tak ingin dijawab.
Aku bukan hanya sekedar rangkaian kata,
Aku adalah napasmu yang tak sempat kau hembuskan,
Getar dadamu yang tak jadi kau akui,
Air matamu yang kau tahan di tepi mata.
Namun kau pergi,
Dan meninggalkanku menggigil dalam sepi aksara.
Setiap kata yang kau tinggalkan di tubuhku berubah menjadi luka,
Setiap jeda yang kau sisakan menjadi ruang hampa yang menjerit dalam diam.
Aku bukan puisi indah di bibir penyair,
Aku adalah puisi usang yang terselip di antara tumpukan kenangan,
Yang hanya dibaca saat sepi,
Lalu dilipat kembali tanpa arti.
Tapi tuhan,
Biarkan aku tetap menjadi puisi
Meski tak pernah kau rampungkan,
Meski tak pernah kau bacakan di altar cinta.
Sebab dalam ketidak selesaian ini,
Aku belajar bahwa makna
Tidak selalu datang dari akhir cerita.
Kadang, justru dari patah di tengah kalimat,
Dari koma yang tidak dilanjutkan,
Dari jeda yang tak pernah tersambung.
Aku adalah puisi yang kau tinggalkan,
Tetapu aku juga adalah puisi
Yang akan tetap hidup
Dalam detak detik yang menolak lupa,
Dalam napas yang terus mengingat,
Bahwa perna,
Kau menjadikanku arti.
"


0 Comments
Posting Komentar