Nella Riznanda Rachmadanti Waktu yang tak pernah menyembuhkan
By Admin - Juni 21, 2025
Naskah ini telah lolos kurasi dan diterbitkan ke dalam buku yang berjudul "Noctellar"
Noctellar: Puisi untuk Semua Malam di Tahun Ini
adalah kumpulan puisi pilihan dari para peserta Lomba Menulis Puisi Nasional yang diselenggarakan oleh Bintang Nasional dan diterbitkan oleh Yumei Media Utama.
Nella Riznanda Rachmadanti
Waktu yang tak pernah menyembuhkan
Perihal waktu yang bersanding dengan luka.
Perihal raga dan jiwa yang berusaha untuk mencari sembuh
Perihal logika yang berdebat tiada henti hanya untuk membenarkan.
Perihal hati yang entah seperti apa bentuknya, namun yang kutahu ia telah hancur berantakan tak bersisa.
Keperihalan itu aku alami kutelan dalam satu tegukan, yaitu luka.
Luka yang hening dan luka yang abadi.
Oh Tuhan, mengapa perihal ini membawa jiwaku ke seseorang itu lagi? Apakah waktu yang selama ini kuhabiskan tidak cukup untuk menyembuhkan luka itu?
Lukaku tak pernah sembuh Tuhan, lukaku masih disini, lukaku masih tak kunjung dibalut Tuhan, lukaku masih kerap menjerit Tuhan, Ia menjerit kesakitan setiap hari. Ia berbicara dengan lantang sesekali dimalam hari Tuhan.
Kelantangan yang hening itu menarik jiwaku untuk menoleh kembali ke belakang menengok seteguk obat yang pernah aku minum.
Obat itu tidak menyembuhkan Tuhan, Ia hanya menyamar dan membawa luka yang lain.
Setiap aku menyangkal, diriku dibuat kesakitan Tuhan.
Lantas kenapa Tuhan? Kenapa aku harus membawa diriku sejauh ini untuk mengobati diriku yang disebabkan oleh seseorang? Kenapa aku harus menenggelamkan diriku kedalam lautan luka yang tak kuketahui kedalamannya?
Ah, aku tidak bermaksud menyalahkan Tuhan. Ini hanya perihal fitrah manusia, fitrah logika dan hati yang tak pernah bisa menyatu.
Namun, lambat laun. aku kembali sadar dengan keadaan rapuh. Bahwa waktu tak benar-benar bisa menyembuhkan lukaku. Perihal kenangan, interaksi, rasa, penyesalan, dendam dan maaf yang sempat tak tersampaikan hanya mampu kutelan semampuku. Entah ia menjadi apa nanti, tapi yang pasti hati ini tak pernah damai dibuatnya. Bersama kehidupan yang terus berjalan ke depan tanpa memerhatikan sekeras dan seberat apa perasaan ini."
0 comments
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.